Rabu, 07 Maret 2012


Oretachi no jii-chan 
pengalamanku ketika kakek stroeke
Chapter 1 Kakekku
                Matahari semakin turun namun sosok yang ditunggu tak kunjung datang. Kami kelima anak buluk yang ditinggal orang tuanya selama seminggu penuh sudah mencapai batas kejenuhan. Dengan tatapan hampa menunggu kedatangan mobil avanza abu-abu yang biasa membawa orang-orang yang amat berharga bagi mereka. Kami tidak akan mendapatkan apapun saat mereka datang, kami tahu itu, namun setidaknya saat mereka ada kami merasa lega, lega sekali. Dan sekarang detik-detik penantian terasa semakin panjang.
                Aku, Gatot, sebagai anak tertua selalu kehilangan wibawa disaat seperti ini, pasalnya jangankan untuk menghibur adik-adikku, menghibur diriku sendiri saja tidak bisa. Aku tidak bisa menyembunyikan kecemasanku, dan itu terlihat jelas,hah dasar payah. Beruntung Ddai, kembaranku bisa di diandalkan, dia terus membuat adik-adik yang lain tertawa dengan candaan dan humor, begitu pula denganku.
Seminggu  yang lalu, dalam perjalanan pulang aku dan Ddai di kejutkan oleh pesan singkat dari ibuku bahwa ayah, ibu dan bibiku harus pulang ke Cilacap karena kakekku jatuh sakit. Pulang kampung dan meninggalkan kami anak-anaknya di rumah bersama dengan kerabat. Aku kaget dan kesal, apa lagi yang menimpa kami? Pasalnya belum lama ini orang tuaku juga harus tancap gas karena rumah kakek-nenekku tersambar petir, bahkan sampai mereka lebaran haji di sana. Kakek sakit apa sih? ......aku cucu yang jahat ya.... yah sempat aku kesal, maaf ya Bapung.. kadang aku khilaf... aku sadar mungkin kami sedang diuji,  ayah dan ibuku juga pasti begitu, mereka sedang diberi tugas untuk jadi anak yang berbakti. Hanya saja aku sedikit waswas kalau diberi tanggung jawab saat mereka pepergian, imajinasiku terlalu liar sehingga parno tingkat tinggi.
Ya, sudah seminggu setelah hari itu, ibuku bilang kakek, bapung jatuh karena hipertensi dan stoeke, hingga harus dirawat di rumah sakit di sana, kalau kondisinya memungkinkan dia akan dibawa kesini untuk pengobatan lebih lanjut. Dan hari ini rencananya mereka akan pulang, kami sedang menunggu dengan sabar. Akhirnya, setelah sekian lama menunggu, mobil avanza abu-abu muncul dan kami yakin itulah mereka. Dengan sigap aku dan Bima, adik laki-laki satu satunya membukakan gerbang. Kami memberi jarak untuk keluarnya mereka, pamanku yang bertubuh tinggi besar sudah stand by kalau harus mengangkat sesuatu, sedang kami yang bertubuh pas-pasan tahu diri dan menyinggir. Maka munculah ibuku dengan wajah yang diliputi peluh dan lelah, begitu pula penumpang yang lainnya. Ayahku meminta paman menolongnya membopong kakek ke kamar. Aku membuka pintu dan Ddai menghundle adik-adikku yang lain.
Aku lihat ayah, bibi, paman dan istrinya bersusah payah mengangkat kakekku, bahkan empat orang ditambah nenekku masih sulit, wajar kakekku orangnya tinggi besar.. makanya aku tak menyangka kalau sekarang pria bertubuh gagah dan perkasa itu harus terbaring lemah dan tak berdaya seperti itu.
Bersambung..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar