Oretachi no jii-chan
pengalamanku ketika kakekku stroeke
Chapter 3 Terapi
Hari-hari berlalu, kakekku berobat jalan dengan terapi gerak di rumah sakit, kami bahkan membeli kursi roda untuknya, namun belakangan kursi roda itu jarang dipakai dengan digunakanya walker agar kakekku bisa belajar berjalan. Kursi roda hanya dipakai disaat-saat tertentu, seperti ketika dia mandi. Yang memandikan tentu saja nenekku dan bibiku, dan pernah sekali..... Ddai. “LAILLAHAILLALAAH!!!!!” jerit Ddai ketika tak sengaja melihat ‘burung’(ups) pelatuk kakekku. “a..apa?” tanya seisi rumah kaget, “KOK.. GEDE BANGET!!” jawabnya kemudian. Gedubrak , kalau di kartun aku pasti sudah jatuh kebalik. “Be..beneran Gatot! Punya Bima aja gak segede gitu!!” adunya padaku. “Ya iyalah! Bima itu masih kecil! Kan nanti tumbuh!” jelas ibuku setengah tertawa “EEEEEH!! Berarti punya Gatot juga nanti jadi gede,bu???!!” lanjut Ddai masih kaget, aku kembali ingin jatuh terbalik, tapi aku juga tidak tahu kalau nanti jadi makin besar(PLAK). “Tentu saja, kalau kecil terus berarti dia shyndrom kinefelter!” jelas ibuku yang bidan dengan sabar. “Perasaan dulu punya ayah gak gede-gede amat...” Ddai bicara sendiri. Byuuuur, aku hampir tersedak “Kata siapa?!! Gede tahu!” sewotku “Lagian kapan kamu liat-liat yang begitu??!!” “Dulu waktu kecil.. Gatot juga liat,kan? Kan kita sama ayah terus ibu dulu suka mandi bareng..” “gak usah diperjelas! Kenapa kita jadi ngomongin itu sih??!”
Seiring dengan terapi keadaanya kian membaik, aku dan Ddai ikut menemani beberapa kali, dan agak sedikit maju, kami bisa sedikit menghibur kakek. Seperti ketika kakek belajar berjalan di ruang gym, saat itu kakek selalu menunduk, padahal itu tidak baik untuknya, suster terus mengingatkannya untuk melihat kedepan, tapi memang agak sulit membuatnya konsentrasi melebihi satu titik. Disaat itulah aku tanpa pikir panjang menunjuk kearah cermin dan berteriak “Bapung! Perhatikan! 2 + 2 = 5!” yang langsung membuatnya menatapku dan tertawa kecil sambil melanjutkan jalannya. “Tidak lulus!” sahut Ddai kemudian.
Diantara semua terapi yang paling mengasyikan adalah kalau Ilma dan Bima ikut, minus Gyna karena kalau dia ikut akan ada bencana(?). Hari itu , seperti biasa satpam rumah sakit swasta itu dengan ramah dan sigap menggendong kakekku yang cukup berat dan tinggi besar ke kursi roda, membuat aku dan ayahku yang letoi minder. Selanjutnya kakek didorong ke ruang terapi . Sementara ayah mengurus administrasi, aku dan yang lainnya menemani kakek. Biasanya kakek ‘dihangatkan’ dulu bagian tubuh yang lumpuhnya dengan alat yang aku tak tahu namanya, setelah itu baru mulai acara pijit-pijit dan akhirnya belajar duduk dan jalan. Prosesnya cukup lama, jadi terkadang kami yang menemani jenuh, ngantuk dan lapar. Tapi semuanya beda kalau kami lima bersaudara minus satu samadengan empat(plak) berkumpul.
Karena hari itu pasiennya kebetulan baru kakekku saja, kami cucu-cucunya yang buluk sibuk bercanda dikasur terapi lain. Dimulai dengan menirukan karakter-karakter dari anime One Piece yang sedang menjamur pada kami. “Kakak! Lihat nih,ceritanya aku Shirohige!” kata Bima menirukan kuda-kuda Shirohige saat hendak membuat gempa untuk menyelamatkan Ace dari eksekusi publik di teluk Marineford. Kami menunggu dengan sabar apa yang akan terjadi, dan selanjutnya kami mendapati sang bajak laut besar itu bukanya membuat gempa malah menari ala iklan axis(PLAK). “GYAHAHAHAHAHA” kami tertawa terpingkal-pingkal sambil membayangkan karakter kakek-kakek yang kami kagumi jadi OOC begitu, maklum aku dan Ddai adalah author fanfic humor, meski kami tidak bergabung dengan FFN dan belum pernah mempublish fic kami ke dunia maya.
Belum selesai disitu Ilma yang berpura-pura menjadi Marco langsung pura-pura(?) memegang mie goreng dan berkata “internet untuk rakyat” yang tak kutahu apa maksudnya. Ddai sebagai narator mengambil alih “Dengan tarian maha dahsyat Shirohige, Marinefordpun oleng, sementara Ace sweatdrop mendapati ayahnya jadi begitu...” Aku yang memanfaatkan kesempatan untuk jadi Ace, berpura-pura terikat dan dengan jawdrop berkata “A..ayah...” dan Ace gadunganpun mati karena tak sanggup melihat ke OOCan ayahnya. “wah ayah kumat...” komen Ilma yang masih berakting membleh ala Marco. “ceritanya tsunaminya dateng!” kata Ddai yang sudah kehilangan wibawa sebagai narator. Aku yang multifungsi berakting jadi angkatan laut yang kalang-kabut ada tsunami. Lalu Ilma tiba-tiba berkata kepada Bima yang masih membuat gempa dengan tariannya “TUNGGU AYAH!” kamipun terdiam “Nanti mienya mubajir!” katanya seraya menyelamatkan mie abstrak tersebut. “GYAHAHAHAHAHAHAHA” gelak tawa kami tak tertahankan dan membahana di ruangan itu. “STTTTTT!!!” Geram makhluk yang tiba-tiba datang, yaitu bibiku yang otomatis membuat kami menelan tawa kami mentah-mentah.
Kamipun tersadar dan beristigfar, inikan rumah sakit! Untung lagi sepi. Tapi beberapa saat kemudian setan kembali merasuki kami the buluk brothers. Dengan walker kakekku aku memeragakan cara berjalan aki-aki ala Spongebob. “ Nih, lihat cu.. aki lagi jalan...” kataku ala aki-aki tentunya, oh tuhan mudah-mudahan aku tak kualat. Kami kembali tertawa meski dengan volume yang sedikit kecil. Ddai mengambil paksa walker itu dan berdiri di dalamnya ala seseorang yang sedang pidato kemerdekaan “Saudara-saudara sebangsa dan setanah air satu Indonesia!” katanya gagah. Kamipun ngedeprak dibawahnya dan dengan antusias mendengarkannya. Ilma dengan akting patriotisme terus menyoraki dengan penuh semangat “Ya! Ya!” . Ddai kembali melanjutkan pidatonya yang ngelantur ”Kemudian daripada itu..saudara-saudara, untuk membentuk suatu pemerintah yang mem....” “SSSSTTTTTTTTTTT!!!!! “ Geram bibiku lagi dan seperti tadi kamipun diam untuk sesaat.
Karena kesal dengan ulah kami yang main-main dengan walke, wanita itupun menyita walker itu berharap kami bisa diam setelahnya. Namun bukan kami namanya kalau bisa diam lama-lama.
“PLISS! JANGAN TINGGALIN AKU , MARCO!”
“ APA SUSAHNYA NGOMONG, ACE! SMS GAK PENAH! NELEPON GAK PERNAH!”
“AKU GAK PUNYA PULSA!!!”
“AKU GAK PUNYA RAMBUT!”
“ACE! JADI SELAMA INI... KAMU SELINGKUH?!”
“LUFFY!! TUNGGU LUF..”
“CUKUP, ACE! PULANGKAN SAJA AKU PADA KAKEKKU ATAU DADAN!!”
Kami bahkan menyisipkan doujishi Ace x Marco x Luffy pada sebuah iklan...dasar maaf Odachi.. ini hanya just for fun.. dan semuanya berakhir ketika bibiku benar-benar mencapai batas dan mengamuk kepada anak-anak buluk hasil tangan-tangan terampil kakak dan kakak iparnya ini... begitulah terapi kakek bukan hanya menjadi proses terapi baginya, tapi juga bagi penunggu setianya yang terapi stres dengan kegeloan-kegeloan yang mereka miliki.
Bersambung.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar