Sekolah yang kuabaikan
MAN Cikarang, tak pernah sedikitpun saat itu Gatot melirik tempat itu. Meskipun pernah beberapa kali ia melewati tempat itu tak ada apapun yang membuatnya merasakan 'sesuatu'. Pernah ditatapnya sejenak sosoknya yang cukup kumuh, MAN Cikarang tiga-empat tahun lalu, cat merah muda pudar menghiasi temboknya, pagarnya yang berkarat dan lapangan yang layaknya savana itu.. tak ada sedikitpun harapan yang membuatnya ingin tinggal.
Tetapi hari itu, saat ia menerima tanda kegagalan untuk melanjutkan belajar di sekolah yang ia dambakan... entah kenapa nama MAN Cikarang yang tak sedikitpun membuatnya ingin tinggal kala itu, memanggilnya dengan pasti. Menjadi ombak pemandunya yang tengah kehilangan daratan. Dia sendiri yang menentukan, tanpa keraguan sedikitpun dan tanpa melirik pilihan yang lain, dia memutuskan untuk memasuki gerbang itu. Dia memutuskan untuk menjadi bagian dari persfektif yang ia abaikan saat itu.
Dia mencoba memasuki presfektif yang begitu kuat menariknya saat itu, tempat yang sekarang benar-benar membuatnya merasakan 'sesuatu'. Masing-masing orang memiliki hak untuk menantang macan, terserah pada orang itu untuk hidup tanpa menggunakan hak tersebut atau tidak. Dan saat itu entah kenapa dia begitu yakin, bahwa MAN Cikarang akan menggunakan haknya.
Dia memasukinya dengan berusaha percaya bahwa dirinya akan berkembang bersama MAN Cikarang ini, bahwa presfektif itu nantinya akan bercahaya dan menjadi 'sesuatu'. Tahun demi tahun berlalu, dia hidup dalam lingkaran persfektif itu, yang terus memberinya banyak hal. Teman-teman dan menjawab harapan yang dititipkan anak itu perlahan-lahan bahwa MAN Cikarang adalah yang terbaik untuknya. Tidak setiap hari, tapi MAN Cikarang terus mendaki dan suatu saat akan mencapai puncak, yang sampai saat ini tak dapat diraih olehnya seorang diri.
Waktu kian berlalu, tak terasa waktunya sebagai bagian dari persfektif itu kian menyempit. Dia sudah berjalan bersama dengan persfektif itu dalam waktu yang lama namun juga singkat. Dalam waktu itu pula harapan yang dipercayakan pada MAN Cikarang kian terpenuhi, sedikit demi sedikit. Kini bangunan-bagunan indah nan kokoh mulai terukir, MAN Cikarang terus bersinar dengan segenap prestasi yang ia capai, terus mendaki dan seperti yang ia pikirkan suatu saat akan mencapai puncak. Bukankah sekarang dia merasa kecewa? Bukan kecewa..tapi merasa mengecewakan. Tiga tahun yang dia lewati bersama lingkaran MAN Cikarang tak membuatnya menghasilkan apapun untuk persfektif yang menjawab harapanya itu. Dia tidak berjuang cukup keras, terkadang bahkan dia mengacaukannya. Hanya kata maaf didalam hati yang bisa ia berikan pada persfektif itu, dengan harapan dia bisa menjadi 'seseorang' dengan membawa nama MAN Cikarang suatu saat nanti. Terima kasih, sudah mengabulkan harapannya dan membuktikan kau layak jadi yang terbaik untuknya, MAN Cikarang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar